Semoga
menginspirasi..
Perkenalkan,
nama penulis
Habibah Nurhayati. Pengalaman penulis
dalam dunia literasi dimulai sejak SMP dengan menjadi guru ngaji di kampong.
Kebtulan rumah penulis
berada di depan masjid dan penulis
menemani
guru ngaji di desa . Sejak SMA penulis
menjadi guru bimbel untuk anak-anak SD yang akan menempuh ujian nasional.hingga
sampai di perguruan tinggi, penulis
masih aktif menjadi guru bimbel untuk anak-anak SMP & SMA, khusus pelajaran
biologi hingga saat ini, ditengah asyiknya dunia pendidikan yang penulis jalani,
Kalau
dulu penulis
berprinsip “Prestasi Terbaik” dan hanya menerima siswa yang siap belajar,
sekarang penulis
memakai prinsip “Pendidikan Untuk Semua” itu maha penting. penulis tetap menjalankan passion penulis, namun berbeda sekarang. Sekarang penulis menjadi aktifis sosial
kependidikan. penulis
terjun bebas mengajari anak-anak di perbatasan antara Kalimantan Selatan –
Kalimantan Tengah, minimal mengajari mereka untuk membentuk & memilih mimpi
masa depannya. Hingga penulis
pernah berkecimpung mengajar di pulau-pulau 3T seperti di Pulau Marabatuan yang
berada di selat Makassar & Pulau Masakambing yang berada persis di tengah
laut Jawa.
Penulis memandang dewasa ini,
gerakan literasi mulai ditingkatkan kepada seluruh lapisan masyarakat karena merupakan hak setiap oang untuk belajar.sepanjang
hayat. Dengan meningkatkan kemampuan masing-masing individu, diharakan dapat
memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup baik itu secara individ, keluarga
mupun masyarakat. Secara luas literasi yang memiliki multiple effect dapat
membantu pembangunan berkelanjutan, seperti memberantas masalah kemiskinan,
menekan pertumbuhan penduduk dan lain sebagainya.
Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu
mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari
sekedar kemampuan baca tulis, oleh karen itu, literasi tidak terlepas dari keterampilan
bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian
kemampuan kognitif.
Meskipun literasi memliki sebuah makna yang kompleks,
dinamis, terus ditafsrkan dan didefinisikan dengan berbagai cara dan sudut
pandang, namun hakekatnya kemampuan baca tulis seseorang merupakan dasar utama
makna literasi secara luas.
Istilah literasi dalam bahasa Indoesia merupakan kata
serapan dari bahasa Inggris yaitu Literacy yang secara etimologi berasal dari
bahasa latin yaitu Litteratus yang artinyaorang yang belajar. Dalam bahasa
latin juga terdapat istilah littera (huruf) yaitu sistem tulisan dengan
konvensi yang menyertainya.
Saat ini penggunaan istilah literasi digunakan dalam arti
yang lebih luas, namun tetap merujuk pada kompetensi atau kemampuan dasar
literasi yaitu kemampuan baca dan menulis. Beberapa istilah yang ad dalam
literasi seperti literasi informasi, literasi komputer, literasi sains dan
lainnya.
Hal yang terpentig dari literasi adalah seseorag harus
bebas dari buta aksara atau melek huruf (bisa baca tulis) agar mampu memahami
semua konsep fungsionalnya. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi
apabila telah memeperoleh kemampuan dasar keterampilan bahasa yaitu membaca dan
menulis. Dan salah satu langkah untuk memperoleh kemampuan literasi adalah
melalui pendidikan.
Pendidikan dan literasi adalah dua hal yang sangat penting
dalam hidup kita. Kemajuan suatu negara secara langsung tergantung pada tingkat
melek pada suatu negara tersebut. Oleh karena itulah, orang yang berpendidikan
melakukan tugasnya dengan baik sebagai akademisi.
Menurut data statistik dari UNESCO pada September 2017
lalu, dari 61 negara, Indonesia berada di peringkat ke-60 dengan tingkat lieras
rendah. Peringkat 59 di isi oleh Thailand dan peringkat terakhir di isi oleh
Bostwana. Sedangkan Finlandia menduduki peringkat pertama dengan literasi cukup
tinggi yaitu hapr 100%.
Data ini jelas menunjukan bahwa tingginya minat baca di
Indonesia masih tertinggal jauh dari Singapura dan Malaysia. Dilansir dari data
penelitin oleh United Nations Development Programme (UNDP), tingkat pendidikan
berdasarkan indeks pembangua manusia di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu
14,6%. Persentase ini masih jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia yag 28% dan
Singapura yang mencapai angka 33%.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan minat baca di
Indonesia masih rendah. Pertama, belum ada kebiaaan minat baca yang ditanamkan
sejak dini. Role model anak di keluarga ini, biasanya anak mengikuti kebiasaan
orangtua. Oleh karena itu, peran orangtua dalam megajarkan kebiasaan membaca
menjadi penting untuk meningkatkan kemampuan literasi.
Faktor kedua adalah, akses ke fasilitas pendidikan belum
merata dan minimnya sarana pendidikan. Sarana pendidikan yang tidak medukung
kegiatan belajar mengajar, dan pentingnya rantai birokrasi dalam dunia
pendidikan, secara tidak langsung menghambat perkembangan kualitas literasi di
Indonesia.
Terakhir adalah masih kurangnya produksi buku di
Indonesia sebagai dampak kurang berkembangnya penerbit di daerah, insentif bagi
produsen buku dirasa belum adil, dan terkadang fakto motivasi dari penulis yang
rendah yang memadamkan mereka untuk melahirkn tulisan yang berkualitas.
Wacana perempuan bergerak dalam bidang literasi memang
mulai tampak belakang ini. Gerakan tersebut dimulai dengan mengawal melek
aksara dan gemar membaca. Meski, literasi diartikan luas sebagai bentuk sikap
pribadi seseorang untuk tangguh, kritis, menjaga jrak dengan persoalan, serta
mampu menghadapi beragai tantangan yang menuntut harusnya berdiri di kaki
sendiri, namun hal terebut tidak menyurutkan semangat kaum perempuan untuk
menggemakan literasi.
Tercatat, Indonesia pernah mengalami perkembangan isu
perempuan yang cukup progresifdi awal tahun 2000. Dalam konteks ekonomi,
perempuan mantap dalam posisi day to day labour (tenaga kerja harian) dan bukan
pada posisi top managerial (pengambil keputusan). Dalam konteks pendidikan,
kini telah semakin banyak perempuan yang sadar akan pentingnya pendidikan.
Terutama perempuan di daerah 3T (Terluar, Tertinggal, Terdepan) di Indonesia.
Perempuan seyogyanya dapat menyebarkan nilai-nilai
kehidupan melalui kegiatan literasi. Dari wilayah yang terkecil yakni rumah,
seorang perempuan baik yang belum menikah atau yang sudah menikah dapat
mengaplikasikannya. Pendekatan kepada anak sejak dini dan masa remaja adalah
perlakuan yang sangat penting dan dapat berpengaruh besar pada pertumbuhan anak
di masa mendatang.
Sebagai contoh, seorang ibu yang membacakan dongeng
kepada anaknya. Sejatinya, dari situlah nilai kebaikan diperoleh sang anak
sekaligus. Anak bisa mengekspresikan imajinasinya sambil menikmati kehangatan
sosok ibu yang sedang mengedukasinya.
Oleh karena literasi sudah menjadi gerakan massal yang
kompleks termasuk pada kaum perempuan, menurut penulis, perempuan cukup
memiliki peran yang sangat strategis yang dapat menjadi katalisator literasi.
Semangat emansipasi telah mendorong kaum peempuan untuk memiliki kesempatan
yang sama dengan kaum laki-laki berkiprah pada berbagai bidang pembangunan.
Peran strategis dalam mengembangkan gerakan literasi yang dilandasi semangat
emansipasi dan perjuangan perempuan.
Banyak tokoh literasi di Indonesia seperti RA Kartini,
Cut Nyak Dien dan hingga pada zaman saat ini penulis seperti Asma Nadia pun
termasuk tokoh literasi perempuan di Indonesia. Di rumah tangga, perempuan
sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya, guru sekolah, aktifis, dan pemimpin pun
mulai banyak dari kalangan perempuan. Dirumah, seorang ibu deat dengan
anak-anaknya. Dia mendidik anak-anaknya. Dia yang memperkenalkan huruf dan
angka, mengajarkan membaca, menulis dan mengaji. Di sekolah, guru-gru banyak kaum
perempuan, sehingga para siswa mendapat fondasi untuk membaca, menulis dan
berhitung. Selain itu, para aktifis literasi sekolah mulai banyak di dominasi
oleh ibu guru. Mereka terlihat semangat untuk mensosialisasikan, menggerakan,
menumbuhkan, dan mengembangkan literasi sekolah di tempatnya bertugas.
Dalam islam, banyak sekali tokoh yang membangun peradaban
melalui literasi, yaitu salah satunya ibunda Siti Aisyah r.a juga dikenal
sebagai pembawa bendera dalam bidang keilmuan dan pengetahuan di masanya. Seakan-akan
dia lampu terang untuk menyinari para ahli ilmu dan pencari ilmu. Juga selain
itu ada tooh muslimah lainnya yang juga patut dicontoh karena dedikasinya
sehingga mendirikan sebuah universitas di Maroko yaitu Universitas Al Karouine,
yang pendirinya yaitu Fatimah Al Fihri, pada 859 M di kota Fes, Maroko.
Namun sayangnya Kementrian Pendidikan & Kebudayaan
(Kemendikbud) mengatakan, sebagian yang masyarakat yang buta huruf adalah
perempuan. Badan pusat statistik yang dikeluarkan oleh Kemendikbud pada 2017
mengungkapkan fakta yang uku mencengangkan, dimana sebanyak 2.07% atau sekitar
3,4 juta penduduk di Indonesia mengalami buta huruf. Direktur Pendidikan Anak
Usia Dini & Pendidikan Masyarakat Kementrian Pendidikan & Kebudayaan,
Harris Iskandar mengatakan, jumlah tersebut sekitar dua sepertiganya adalah
perempuan.
Lalu apa hubungannya dengan sosok perempuan, literasi dan
rumah tangga ?. tentu ada hubungannya. Anak usia dini yang akan lahir dalam
dekade ini, tentu sebagian besar akan dihasilkan dari sumber daya manusia yang
sedang ada di usia produktif seperti anda. Yang bersiap lulus kuliah, mencari
kerja atau membuat lapangan pekerjaan lalu menikah. Atau bahkan ada yang nekat
menikah muda.
Anda adalah penentu masa depan bangsa. Jika anda
“membuat” anak saat ini, 29 tahun lagi saat Indonesia merdeka di tahun 2045,
maka negara kita akan mendapatkan bonus demografi. Bonus demografi inilah jika
dirawat secara serampangan, bukannya menjadi berkah untuk negara malah bisa
membuat musibah untuk negara. Oleh karena itu, urusan sumber daya manusia ini
bukan hal yang main-main, ini hal yang serius. Negara lain jika ingin
mengurangi sampah, mereka harus habit anak usia dini dalam membuang sampah.
Jika ingin mengurangi tingkat kejahatan, mereka berikan penguatan moral sejak
dini. Jika ingin menciptakan lapangan kerja, program mitigasinya ada di fase
emas (0-7 tahun).
Sebelum kita membahas anak usia dini, penulis ingin
realistis saja. Kita harus mencai pasangan yang pas terlebih dahulu. Tanpa itu,
bagaimana bisa punya anak usia dini yang berkualitas yang akan siap menjadi
calon pemimpin negara dengn karaktristik profetik ?. nah ini dia pancingan 10
pertanyaan yang patut anda renungkan sebelum memilih jodoh.
Memilih jodoh itu ada 2 pilihan. Pertama, ada mencintai
orangya lalu konsekuen menerima kelebihan dan kekurangannya. Lalu kedua, anda
cinta orangnya namun tidak siap menerima kekurangannya. Jika hal kedua terjadi,
maka fikirkan baik-baik jika ingin membangun rumah tangga bersama orang
tersebut. Kalau tidak kuat, lambaikan tangan sebelum ijab qabul dilangsungkan.
Lebih baik mundur di awal, dari pada membina rumahtangga tapi merencanakan
untuk gagal. Orang yang berani ambil tanggungjawab berumahtangga adalah
orang-orang yang bernyali tinggi. Ini tidak hanya menyangkut dunia, tapi juga
perkara akhirat.
Berikut adalah tools yang dapat digunakan untuk mapping
calon partner hidup anda ; 1. Apakah mereka berasal dari gen yang bermutu
sehingga akan menjadi generasi yang berilmu, cerdas, kreatif, dan kuat menjadi
tenaga pendorong perubahan ?. 2. Apakah mereka berasal dari sperma dan indung
telur yang sehat dan bergizi ?. 3. Apakah mereka terbuat dari darah halal yang
berasal dari rezeki yang ridhai Allah, dan tidak dikotori oleh korupsi dan
narkoba ?. 4. Apakah anak-anak tersebut dikandung dalam rahim bunda yang
bahagia atau ibu yang penuh tekanan dan kesedihan ?. 5. Apakah sang bunda hanya
menelan makanan yang sehat, berserat, kaya protein dan bebas dari yang instan
?. 6. Apakah sang bunda selalu membawa janinnya ke dalam suasana yang tenang,
damai, dan mengajaknya berdialog dengan percakapan yang penuh pebelajaran ?. 7.
Apakah kemudian sang jabang bayi dilahirkan normal atau melalui reayasa
kedokteran ?. 8. Setelah dilahirkan, apakah 40 hari masa pertamanya mendapatkan
pelukan hangat sang ibu dan mendapat air susu ibu ?. 9. Apakah pada tahun
pertama dan keduanya, saat terjadi pennyambungan sel-sel didalam otaknya, kedua
orangtua memberikan rangsangan positif, sehingga semua pengetahuan yang
meminjam bahasa komputer, di download dan di install hanyalah program-program
yang religius, humanistik dan saintifik ?. 10. Apakah setelah anak memasuki
usia toddler (18-24 bulan), ayah dan bunda sibuk mengurusnya karena beranggapan
bahwa itu merupakan perwujudan dari tangungjawab dan kasih sayang orangua pada
anak ?.
Pertanyaan diatas bisa menjadi penentu apakah pada 2045
mencetak generasi penerus yang bermutu dan unggul dimana setiap tahap tumbuh
kmbang dirawat dengan ilmu, atau mencetak generasi yang rentan dan gagal. Jadi,
ketika anda sedang memilih pasangan calon hidup untuk membangun generasi lebih
baik dimulai dari keluarga, tanyakan hal diatas dengan point 1 – 3 diselidiki
menggunaka logika. Point 4 – 10 ditanyakan secara langsung, dan dengn melihat
faktor agama, paras, keturunan dan hartanya yang sesuai dengan tuntunan syariat
agama.
Sehingga pada akhirnya gerakan literasi dan memerangi
melek huruf, dapat diawali dengan memilih pasangan yang akan kita pilih dari
beberapa point pertanyaan diatas, sehingga nanti tahapan selanjutnya adalah
menciptakan keluarga yang kuat sebelum jauh pada menciptakan ketahanan negara,
yang dimulai oleh sosok perempuan dalam keluarga sebagai penyeimbang dan guru
pertama juga utama bagi anak-anak, hingga menciptakan goal of topic yaitu
menguatkan literasi dengan mengaitkannya pada sosok sentral perempuan.
Komentar
Posting Komentar