Langsung ke konten utama

Quantum Learning and Teaching



1.      Pengertian Model Pembelajarn QTL (Quantum Learning and Teaching)
                        Cara paling mudah untuk memahami istilah quantum adalah dengan menelusuri sejarah lahirnya istilah ini. Quantum learning diperkenalkan oleh Bobby Deporter. Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang sama besar dengan Einstein. Tinggal bagaimana mengolahnya. Menurut quantum learning, terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan di berbagai tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas di sekolah. (Agus nggermanto, Quantum Quotient cet, 6 (Bandung: Nuansa), 24.)
                        Quantum learning mengarahkan segenap usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif dan cepat. Jadi, dengan quantum learning kita belajar cara belajar. Kita akan mendaptkan cara membaca cepat, menghafal cepat dan menjadi kreatif sesuai dengan gaya kita masing-masing. Sedangkan Quantum Teaching adalah ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitas Supercamp yang diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Luzanov), Multiple Intelligence (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elemen of Effective Intruction (Hunter) (Abuddin Nata : 2009)
Menurut  Miftahul  (2010:  32),  model  Quantum teaching  hampir  sama  dengan  sebuah  simponi.   Hal  ini  dapat digambarkan pada sebuah simponi dalam musik ada beberapa unsur  yang menjadi  faktor  pengalaman  musik.  Unsur  dalam  musik  tersebut  terbagi menjadi  dua  kategori  yaitu:  konteks  dan  isi.  Pengertian  konteks  adalah latar  belakang  pengalaman  guru.  Sedangkan  isi  adalah  bagaimana  tiap frase musik yang dimainkan atau penyajiannya seperti fasilitasi.
Abudin  Nata  (2002:  35),  menjelaskan  bahwa  Quantum Teaching  merangkaikan  apa  yang  paling  baik  dari  yang  terbaik menjadi  sebuah  paket  multisensory,  multi  kecerdasan  dan kompatibel  dengan  otak,  yang  pada  akhirnya  meningkatkan kemampuan guru untuk  mendorong  murid  berprestasi.
Sedangkan menurut  Bobby  De  Porter  (2005:  3),  Quantum  Teaching  adalah sebuah  strategi  pembelajaran  yang  bertumpu  pada  prinsip-prinsip dan teknik-teknik  Quantum Learning, yang dalam pelaksanaannya mendukung prinsip bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem. Hal ini  terlihat  dari  buku  “Quantum  Teaching: Mempraktikkan Quantum  Learning  di  Ruang-Ruang  Kelas”.
Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang sama besar dengan Einstein. Tinggal bagaimana mengolahnya. Menurut quantum learning, terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan di berbagai tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas di sekolah. (Agus nggermanto, Quantum Quotient cet, 6 (Bandung: Nuansa), 24.)
            Quantum learning mengarahkan segenap usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif dan cepat. Jadi, dengan quantum learning kita belajar cara belajar. Kita akan mendaptkan cara membaca cepat, menghafal cepat dan menjadi kreatif sesuai dengan gaya kita masing-masing. Quantum  Teaching mampu  mengorganisasi  dan  memadukan  interaksi-interaksi  yang ada  di  dalam  dan  sekitar  momen  belajar  atau  dengan  kata  lain mengelola  unsur-unsur  yang  terkait  dengan  kegiatan  belajar mengajar  dan  memanfaatkannya  untuk  mencapai  tujuan.  Hanya saja  dalam  buku  tersebut  tidak  ditemukan  teknik  evaluasi  yang tepat untuk model pembelajaran Quantum Teaching.
Dalam Quantum Teaching  ada empat pilar pendidikan yang dibangun oleh guru kepada siswa diantaranya, yaitu:
a.         Learning  to  do  (belajar  untuk  berbuat),  siswa  dituntut  untuk mau  berbuat  dan  melakukan  pengalaman  dari  pelajaran  dan pengalaman yang diberikan oleh guru.
b.         Learning  to  know  (belajar  untuk  tahu),  siswa  belajar  dengan pemahaman dan pengetahuan  yang  berwawasan  luas sehingga dia mengerti.
c.         Learning  to  be  (belajar  untuk  menjadi),  siswa  belajar  cara membangun  pengetahuannya  dengan  meningkatkan kepercayaan diri.
d.        Learning to live together  (belajar untuk hidup bersama), siswa belajar bagaimana membangun sifat positif pada orang lain.
Quantum  Teaching  adalah  sebuah  strategi  pembelajaran yang didasarkan pada beberapa teori yang dihasilkan dari beberapa penelitian sebelumnya.  Salah  satu  teori  yang  mendasari  adalah teori tentang penyeimbangan penggunaan otak kanan dan otak kiri.
Teori  tersebut  menjelaskan  bahwa  otak  manusia  dibagi  menjadi dua  belahan,  yakni  belahan  otak  kanan  dan  belahan  otak  kiri. Proses  berpikir  otak  kiri  bersifat  logis,  sekuensial,  linear  dan rasional.  Cara  berpikir  yang  sesuai  untuk  tugas-tugas  detail  dan fakta,  fonetik,  serta  simbolisme.  Sedangkan  proses  berpikir  otak kanan memiliki sifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya  sesuai  dengan  cara  untuk  mengetahui  yang  bersifat nonverbal  seperti  perasaan  dan  emosi,  kesadaran  spasial, pengenalan  bentuk  dan  pola,  musik,  seni,  kepekaan  warna, kreatifitas  dan  sosialisasi.  Orang  yang  memanfaatkan  kedua belahan otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek hidupnya. Aspek  emosi  coba  disinggung  oleh  Quantum  Teaching  sehingga kedua belahan otak dapat berjalan bersama dalam kegiatan belajar.
Teori lain yang mendasari adalah tentang tiga gaya belajar, visual, auditorial,  dan kinestetik. Setiap orang diyakini mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru, orang visual belajar  melalui  apa  yang  mereka  lihat,  pelajar  auditorial melakukannya  melalui  apa  yang  mereka  dengar  dan  pelajar kinestetik  belajar  lewat  gerak  dan  sentuhan.  Quantum  Teachingmenawarkan  cara  untuk  membantu siswa  memaksimalkan  gaya belajar mereka masing-masing.
Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru,  tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.

-Pembelajaran Sains dalam Quantum Teaching
Pembelajaran  terbentuk  dari  kata  kerja  belajar  yang mempunyai  pengertian  sebagai  proses  pengalaman  perubahan perilaku  berbentuk  kegiatan  yang  dapat  atau  tidak  dapat  diamati.
Sebagai  proses,  belajar  terjadi  apabila  seseorang  mengamati sesuatu,  berbicara  dengan  orang  lain,  membaca  tulisan  atau melakukan  kegiatan  mental  selagi  dia  menghadapi  suatu  keadaan atau masalah. Sedangkan pengajaran menurut Nana Sudjana (1996: 7),  terbentuk  dari kata  kerja  mengajar  yang  berarti  membimbing kegiatan  sistem  belajar.
Mengajar  adalah  mengatur  dan mengorganisasi  lingkungan  yang  ada  disekitar  siswa  sehingga dapat  mendorong  dan menumbuhkan  siswa  melakukan  kegiatan belajar.
Dalam  kamus  besar  bahasa  Indonesia  dinyatakan  bahwa sains adalah suatu pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi dan sebagainya atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sedangkan  dalam  kurikulum  2004  disebutkan  bahwa  sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai  pengetahuan, fakta-fakta,  konsep-konsep,  prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Quantum  Teaching  pada  pembelajaran  sains  menekankan pada pemberian  pengalaman  langsung  dan  kegiatan  praktis  untuk mengembangkan  kompetensi  agar  siswa  mampu  menjelajah  dan memahami  alam  sekitar  secara  ilmiah.  Pembelajaran  sains disarankan  untuk  mencari  tahu  dan  berbuat  sehingga  membantu siswa  untuk  memperoleh  pemahaman  yang  lebih  mendalam tentang alam  sekitar  (Anonym,  2003:  7).  Pokok  bahasan  yang diambil  dalam penelitian  ini  adalah  daur  air  dengan  standar kompetensi  memahami perubahan  yang  terjadi  di  alam  dan hubungannya  dengan  pengaruh SDM  dan  kompetensi  dasar mendeskripsikan  proses  daur  air  dan kegiatan  yang  dapat mempengaruhinya.
Quantum learning menurut Bobby DePorter merupakan bagian dari cara belajar, namun mencakup aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP). Neuro adalah saraf otak, linguistic adalah cara berbahasa, baik verbal maupun non verbal yang dapat mempengaruhi sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program NLP sangatlah unik, yaitu melakukan mental building untuk membuang kebiasaan dan keyakinan lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri, menggantikannya dengan program baru yang dapat mengoptimalkan semua fungsi otak, mengidentifikasikan hal-hal yang memicu pola berpikir positif.

2.      Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran QTL (Quantum Teachinng and Learning)
Metode  pembelajaran  quantum  teaching  memiliki  beberapa prinsip  yang  harus  diketahui  oleh  seorang  guru.  Menurut  De  porter (2010:  36),  prinsip-prinsip  quantum  teaching  ada  5.  Prinsip-prinsip tersebut akan diuraikan seperti dibawah ini.:
1)      Segalanya Berbicara.
Segalanya  berbicara  mulai  dari  lingkungan  kelas  hingga gerakan    tubuh  anda  mengirimkan pesan tentang  belajar  yang akan disampaikan  dalam  pembelajaran.  Sehingga  gerakan  tubuh  dapat dijadikan  alat  bantu  untuk  menyampaikan  materi  pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran tidak  hanya guru  yang  berhak  berbicara, akan  tetapi  siswa  juga  mempunyai  hak  untuk  bicara.  Hak  siswa berbicara  untuk  saling  berargumentasi  dan  bertanya  tentang  materi pelajaran yang diajarkan.
2)      Segalanya Bertujuan
Seorang  guru  atau  siswa  harus  mempunyai  tujuan  dalam suatu pembelajaran.  Seorang  guru  harus  mempunyai  tujuan  yang jelas dalam  menyusun  materi   pembelajaran  yang  akan  diberikan pada  siswa. Siswa  juga  harus  tahu  apa  tujuan  dari  meraka mempelajari  materi  yang  diajarkan  oleh  guru.  Hal  ini  agar  guru maupun siswa tidak melenceng dari tujuan utama melakukan proses pembelajaran suatu materi.
3)      Pengalaman Sebelum Pemberian Nama
Proses  belajar  paling  baik  terjadi  ketika  siswa  telah mengalami informasi sebelum mereka pelajari, karena otak manusia berkembang yang akhirnya menggerakkan rasa ingin tahu. Sehingga seorang  guru  harus  memberikan   pertanyaan  yang  berhubungan dengan  materi  diawal  pelajaran.  Sehingga  siswa  akan  berfikir mencari jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
4)      Akui Setiap Usaha
Hargai  setiap  usaha  siswa  baik  itu  besar  maupun  kecil. Seorang siswa  yang  bertanya  atau  menjawab  pertanyaan  baik  salah atau  benar,  mereka  patut  mendapat  pengakuan  atas  kecakapan  dan kepercayaan  diri  mereka.  Sehingga  hal  ini  akan  mendorong  siswa lebih  giat  lagi  dalam  belajar  dan  akan  menumbuhkan  motivasi belajar siswa yang tinggi.
5)      Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan
Rayakan  atas  keberhasilan  siswa  dalam  mempelajari  suatu materi  yang  disampaikan  dengan  baik,  sehingga  siswa  dapat menguasai  materi  tersebut.  Perayaan  memberikan  umpan  balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Sebagai seorang pendidik  harus  memberikan pujian kepada siswa  yang  aktif  berinteraksi  pada  saat  pelajaran,  baik  bertanya maupun menjawab pertanyaan tentang materi yang disampaikan.

Penggunaan  metode  pembelajaran  quantum  teaching  dapat membantu  siswa  belajar  dengan  baik  dan  menumbuhkan  motivasi belajar. Metode pembelajaran quantum teaching melibatkan semua aspek kepribadian manusia, pikiran, perasaan,  dan bahasa tubuh. Pembelajaran yang menarik dan meriah  tidak akan  membuat bosan saat proses belajar mengajar  berlangsung.  Hal  ini  tentunya  membuat  siswa  menyukai pelajaran yang diajarkan.

3.      Kerangka atau Langkah-langkah Model Pembelajaran QTL (Quantum Teaching and Learning)
Menurut  Menurut  Miftahul  (2010:  34-35),  dalam  melakukan langkah-langkah  pembelajaran  quantum  teaching and lerning  dengan  enam langkah yang tercermin dalam istilah tandur, yaitu:
T = Tumbuhkan, tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin  tahu  siswa  dalam  bentuk:  Apakah  Manfaatnya  BAgiKu (AMBAK). Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke  alam  pikiran  mereka  dan bawalah  alam  pikiran  mereka  ke  alam pikiran anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.
A  =  Alami,  unsur  alami  akan  mendorong  hasrat  alami  otak  untuk “menjelajah”.  Ciptakan  atau  datangkan  pengalaman  umum  yang dapat dimengerti semua siswa.
N  =  Namai,  setelah  siswa  melalui  pengalaman  belajar  pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempatdan sebagainya.
D  =  Demonstraikan, setelah siswa  mengalami  belajar akan  sesuatu, beri kesempatan  kepada  mereka  untuk  mendem onstrasikan kemampuannya  , karena  siswa  akan  mampu  mengingat  90%  jika siswa  itu  mendengar, melihat  dan  melakukannya.  Melalui pengalaman belajar siswa akan  mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.
U  =  Ulangi,  pengulangan  memperkuat  koneksi  saraf  dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!”. Sehingga siswa akan teringat apa yang sudah disampaikan.
R  =  Rayakan,  perayaan  adalah  ekspresi  dari  kelompok  seseorang yang telah  berhasil  mengerjakan  sesuatu  tugas  atau  kewajiban dengan baik. Maka sudah selayaknya jika siswa sudah mengerjakan tugas  dan kewajibannya  dengan  baik  untuk  dirayakan  lewat bertepuk tangan.

4.      Kelebihan dan Kelemahan dari Proses Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran QTL (Quantum Teaching and Learning)
a.      Kelebihan
Metode  pembelajaran  quantum  teaching  mempunyai  beberapa keunggulan dan ciri khas tersendiri yang sangat unik dan jarang dimiliki oleh  metode  pembelajaran  lainnya.  Keunggulan  metode  pembelajaran quantum teaching sebenarnya ada banyak.
Menurut Miftahul A’la  (2010:  41-43), ada empat keunggulan metode  pembelajaran   quantum  teaching  yang  cukup  menonjol diantaranya adalah sebagai berikut:
1)      Adanya  unsur  demonstrasi  dalam  pengajaran.  Pembelajaran quantum  teaching and learning memberikan  kesempatan  yang  luas  pada seluruh siswa untuk terlibat aktif dan pertisipasi dalam tahapan tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran.
2)      Adanya kepuasan pada diri si anak.
3)      Ada  unsur  pemantapan  dalam  menguasai  materi  atau  suatu keterampilan yang diajarkan.
4)      Adanya   unsur  kemampuan  dalam  merumuskan  temuan  yang dihasilkan  si  anak,  dalam  bentuk  konsep,  teori,  model,  dan sebagainya.

b.  Kelemahan
1)      Model  ini  memerlukan  kesiapan  dan  perencanaan  yang  matang disamping memerlukan  waktu  yang  cukup  panjang,  yang  mungkin terpaksa  mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2)      Model  ini  memerlukan  keterampilan  guru  secara  khusus,  karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
3)      Memerlukan fasilitas yang memadai.
4)       
c.    Solusi
1)        Guru sebagai pengajar harus memanage waktu untuk mempersiapkan pembelajaran lebih awal agar persiapan pembelajaran lebih maksimal dan dapat mengefektifkan pembelajaran yang memerlukan waktu yang panjang.
2)        Guru harus lebih menguasai situasi kelas karena model pembelajaran quantum teaching and learning berpusat bukan hanya pada guru maupun murid saja namun semuanya harus aktif dalam pembelajaran.
3)        Guru bisa berkreasi dan mengmbangkan diri sendiri untuk menutupi fasilitas yang kurang memadai.

5.      Kegiatan Belajar Mengajar QTL (Quantum Teaching and Learning)
Beberapa  hal  yang  ditawarkan  Quantum  Teaching  dalam kegiatan belajar mengajar antara lain:
a.  Suasana Belajar Mengajar
Suharsimi  Arikunto  (1993:  105),  menjelaskan  Kondisi belajar merupakan sesuatu yang amat penting dan menentukan keberhasilan belajar anak. Keadaan atau suasana di dalam kelas hendaknya  diusahakan  sedemikian rupa sehingga  tidak membosankan  dan  cepat  membuat  siswa  menjadi  lelah. Keadaan  dan  suasana  yang  menarik  adalah  yang  mendukung terpenuhinya  kebutuhan  siswa  baik  jasmani  maupun  rohani. Sedangkan menurut  Nana  Sudjana  (2002:  56),  kondisi  belajar adalah  suatu  keadaan yang  dapat  mempengaruhi  proses  dan hasil  belajar  siswa.  Kondisi  belajar juga  merupakan  suatu keadaan  yang  mana  terjadi  aktifitas  pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Untuk menciptakan suasana yang dapat membantu siswa membangun  dan mempertahankan  sikap  positif  lingkungan fisik  perlu  diatur  dan  ditata. Diantaranya  dengan  pengaturan bangku,  penggunaan  warna,  pemasangan poster  yang mendukung,  penggunaan  alat  bantu  mengajar  dan  bahkan pemutaran  musik.  Sedangkan  yang  berkaitan  dengan lingkungan emosional  dan  sosial  dibutuhkan  kreatifitas  guru untuk  membangun suasana  yang  nyaman  untuk  belajar. Diantaranya dengan menjalin rasa simpati dan saling memiliki antara  guru  dan  murid,  mengakui  setiap  usaha  siswa, menciptakan suasana yang riang, menjadi pendengar yang baik, senyum dan usaha-usaha yang lainnya.
b.  Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar
Kerangka  rancangan  Quantum  Teaching,  tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan, dapat disingkat dengan istilah “TANDUR”.
1)      Tumbuhkan,  menumbuhkan  hasrat  siswa  untuk  belajar.
Minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu  proses  belajar.  Jika  seorang  murid memiliki  rasa  ingin  belajar, dia  akan  cepat  mengerti  dan mengingatnya.
2) Alami,  menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.
3) Namai,  memberi  data  tepat  saat  minat  memuncak. Untuk ini dibutuhkan  kata  kunci,  konsep,  model,  rumus,  strategi yang bisa menjadi masukan bagi siswa.
4)  Demonstrasikan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkaitkan pengalaman  dengan  nama  baru,  sehingga mereka  menghayati  dan  membuatnya  sebagai  pengalaman pribadi.
5)  Ulangi, dengan menunjukkan kepada siswa mengenai caracara  mengulang materi dan  menegaskan  “Aku tahu  bahwa aku memang tahu ini”.
6)  Rayakan, jika layak untuk dipelajari maka layak juga untuk dirayakan. Setiap  usaha  belajar  memerlukan  sebuah perjuangan,  sehingga  hasil  yang diperoleh  perlu mendapatkan  penghargaan,  pengakuan  sebagai  hasil  dari jerih  payah  (biasa  dengan  pujian,   tepuk  tangan  dan  lain sebagainya).


CONTOH RPP DALAM IMPLEMENTASI MODEL
1. OLEH : NANDA AMALIA RIZALI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I.       IDENTITAS
Sekolah                                       :    Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Mata Pelajaran                            :    IPA Terpadu
Kelas/ Semester                           :    VIII/ Genap(II)
Materi Pokok                              :    Sistem Ekskresi Manusia
Sub Materi                                  :    1)struktur organ-organ penyusun sistem ekskresi
2)fungsi sistem ekskresi manusia
3)kelainan dan penyakit pada sistem eksreksi
4)penerapannya dalam menjaga kesehatan diri
Alokasi Waktu                            :    2 x 40 menit
Pertemuan ke-                             :    2

II.    KOMPETENSI INTI
KI 1.    Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2.    Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dana lam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3.    Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4.    Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah komkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang / teori.
III.   KOMPETENSI DASAR
KD 1.1       Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkan dalam pengamatan ajaran agama yang dianutnya.
KD 2.1       Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan, percobaan dan berdiskusi.
KD 2.2       Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.
KD 2.3       Menunjukkan perilaku bijaksana dan bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam memilih makanan dan minuman yang menyehatkan dan tidak merusak tubuh.
KD 2.9       Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi penghargaan pada orang yang menjual makanan sehat tanpa campuran zat aditif yang berbahaya
KD 3.9       Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri
KD 4.9       Membuat peta pikiran (mapping mind) tentang struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

IV.   TUJUAN PEMBELAJARAN
-          Siswa mampu menyebutkan organ-organ yang berperan dalam sistem ekskresi melalui diskusi 80% benar
-          Siswa mampu menjelaskan fungsi sistem ekskresi pada manusia melalui diskusi dan pengamatan video 80% benar

V.      MATERI POKOK
Materi Pokok: Sistem Ekskresi Manusia
Sub-Materi : Fungsi sistem ekskresi manusia

VI.   URAIAN MATERI
Sistem ekskresi merupakan sistem pembuangan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh makhluk hidup melalui organ ekskresi. Sistem ekskresi sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh (homeostatis) dengan cara osmoregulasi. Organ-organ system ekskresi pada manusia yaitu: Paru-paru, hati, kulit dan ginjal. Berikut fungsi dari organ-organ tersebut, yaitu:
a.       Paru-paru
Fungsinya adalah untuk mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP AIR (H2O).Di dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.
b.      Hati
Fungsi hati:
1.   Menghasilkan empedu yang berasal   dari perombakan sel darah merah.
2.   Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh dan membunuh bibit penyakit.
3.   Mengubah zat gula menjadi glikogen dan menyimpanya sebagai cadangan gula.
4.   Membentuk protein tertentu dan merombaknya.
5.   Tempat untuk mengubah pro vitamin A menjadi vitamin.
6.   Tempat pembentukan protrombin yang berperan dalam pembekuan darah.
c.       Kulit
Fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
      Mengeluarkan keringat
      Pelindung tubuh
      Menyimpan kelebihan lemak
      Mengatur suhu tubuh, dan
      Tempat pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang mengandung ultraviolet.
d.      Ginjal
Fungsi utama ginjal yaitu diantaranya:
1)      Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen misalnya amonia.
2)      Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air.
3)      Mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan.
4)      Mempertahankan keseimbangan asam dan basa.

VII. STRATEGI/ PENDEKATAN/ MODEL/ METODE
Strategi           :    Pembelajaran Kelompok
Pendekatan     :   Keterampilan proses
Model             :    Quantum Teaching and Learning
Metode           :    Diskusi, tanya jawab, demonstrasi


VIII.          KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Orientasi:
1.      Guru masuk ke ruangan kelas dengan mengucapkan salam.
2.      Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin membaca doa.
3.      Guru mengecek kehadiran siswa.
Apersepsi :
1.   Guru menanyakan keadaan siswa apakah sehat atau tidak?
2.   Guru meminta siswa untuk mengatur tempat duduk menjadi huruf U dan mengajak siswa untuk bernyanyi bersama.

TUMBUHKAN
3.   Guru menanyakan pada siswa apakah masih ingat dengan materi sistem ekskresi pada minggu lalu.
Motivasi :
-       Guru menyampaikan tujuan dari kegiatan belajar mengajar mengenai materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ini.
10 menit
Kegiatan Inti
ALAMI
1.      Guru meminta siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 3 – 4 sesuai dengan tempat duduk yang terdekat.
2.      Guru meminta salah seorang siswa untuk maju kedepan kelas dan meminta berlari-lari kecil hingga mengeluarkan keringat
3.      Guru memberikan pertanyaan pada siswa, yaitu: “Apa yang terjadi saat selesai berlari?, Apa yang terjadi saat selesai berlari namun tidak mengeluarkan keringat? Dan mengapa saat cuaca dingin sering buang air kecil?”

NAMAI
4.      Guru meminta siswa untuk mengamati sebuah tayangan video mengenai kegiatan manusia yang berkaitan dengan sistem ekskresi diiringi dengan musik yang ada pada video tersebut.

DEMONSTRASI
5.      Guru membagikan Lembar Kerja Siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya.
6.      Guru membimbing siswa dalam mengerjkan LKS
7.      Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusi ke depan kelas untuk dibahas dan dibandingkan dengan data dari berbagai sumber.
8.      Guru meminta kelompok lain memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang telah disampaikan

ULANGI
9.      Guru membahas kembali hasil diskusi yang telah disampaikan
10.  Bila ada hasil diskusi kurang tepat, guru memberikan perbaikan.
11.  Guru meminta salah satu siswa dari perwakilan kelompok untuk mengulangi hasil diskusi yang telah disampaikan tadi.

55 menit
Penutup
1.      Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini yaitu tentang fungsi dari sistem ekskresi pada manusia.

RAYAKAN
2.      Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling aktif dalam proses pembelajaran.
3.      Guru memberikan evaluasi kepada siswa secara lisan mengenai materi pada pertemuan ini dan memberi lembar soal latihan untuk dikerjakan di rumah.
4.      Guru memberikan pengayaan mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
5.      Guru mengahiri pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum keluar ruangan.

15 menit

IX. ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan: Alat tulis, LCD, Laptop, Video mengenai sistem ekskresi dan LKS

X. SUMBER
-          Kurikulum 2013 (SMP/MTs)
-          Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs kelas VIII





2. OLEH : ADE KARTIKA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)


I.              IDENTITAS
Satuan Pendidikan        : Sekolah Menengah Pertama (SMA)
Mata pelajaran               : biologi
Kelas / Semester            : XI (Sebelas) / I (Ganjil)
Materi Pokok                 : Struktur dan fungsi tulang,  otot dan sendi pada
 manusia.
Sub materi                     : Macam-macam gerak.
Alokasi waktu               : 2 × 45 menit
Pertemuan                      : 2 (Dua)





II.  KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

No.
KOMPETENSI INTI
No.
KOMPETENSI DASAR
1
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

1.1





1.2





1.3
Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekositem dan lingkingan hidup.
Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.

Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1





















2.2
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan,  gotong royong, bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/ laboratorium maupun di luar kelas/l aboratorium.
Peduli terhadap keselamatan diri dan lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar.

3
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,  kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.5















Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem gerak manusia  melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
4
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
4.5






Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.



III.        INDIKATOR
Pertemuan Ke-2
3.5.1. Menganalisis macam-macam  gerakan dan organ gerak yang berfungsi dalam kegiatan gerak. (C4)

IV.        TUJUAN PEMBELAJARAN
1.      Siswa dapat menganalisis (C4) macam-macam gerakan dan organ gerak yang berfungsi dalam berbagai kegiatan gerak melalui studi literature dan pengamatan langsung.

V.                MATERI POKOK
Materi Pokok     : Struktur dan fungsi tulang,  otot dan sendi pada manusia.
Sub-Materi         : Macam-macam gerak.

VI.        URAIAN MATERI
Analisis jenis gerakan dan organ gerak yang berfungsi dalam berbagai kegiatan gerak :
Jenis gerakan
Organ gerak
Fleksi dan Ekstensi
Description: index.png
Gambar 1.
Tangan

Adduksi dan abduksi
Description: indexn.png
Gambar 2.
Tangan, kaki
Elevasi dan Depresi
Description: jj.png
Gambar 3.
Kepala
Supinasi dan Pronasi
Description: indexm.png
Gambar 4.
Tangan


VII.          STRATEGI/ PENDEKATAN/ MODEL/ METODE
Strategi        : Kooperatif
Pendekatan  : Scientific
Model          : Quantum Teaching and Learning
Metode        : Diskusi, tanya jawab, demonstrasi
Kegiatan
Langkah-langkah
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan











1. Guru mengucap salam
2..Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin do’a
3. Guru mencek kehadiran siswa
Apersepsi
4. Guru bertanya kepada siswa tentang jenis-jenis gerakan yang mereka ketahui.
Motivasi
1.      Memusatkan perhatian siswa dengan meminta anak menggerakkan tangannya.
2.    Pemberian acuan
Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran hari ini.
10 menit
30 detik
30 detik

1 menit


2 menit




3   menit



3 menit



Inti













































 1. Guru meminta siswa membentuk kelompok
2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap kelompok.
Mengamati
3. Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar jenis gerakan yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menanya
4.      Guru menanyakan kepada siswa jenis gerakan apa yang ada pada gambar tersebut dan organ tubuh apa yang ikut berperan.
5.      Guru meminta siswa secara berkelompok mempraktekkan gerakan yang terdapat pada gambar di LKS secara bergantian.
6.      Guru meminta siswa menyebutkan gerakan yang telah dilakukan.
7.      Guru meminta siswa mengulangi gerakan yang telah dilakukan
8.       Guru meminta siswa untuk membuat kesimpulan


65 menit

Penutup






1.    Guru bersama siswa membuat kesimpulan bersama.
2.    Guru memberikan soal kepada siswa berkaitan dengan apa yang telah dibahas.

3.    Guru menginformasikan kepada siswa mengenai materi untuk pertemuan selanjutnya.
4.      Guru mengucapkan salam dan menutup pelajaran.
15 menit

3 menit



11 menit


30 detik



30 detik


VIII.       MEDIA PEMBELAJARAN
Pertemuan 2
1.   Media pembelajaran
a.    LKS 1
b.   Laptop
c.    LCD
2.   Alat dan bahan
a.    Alat tulis
b.   Buku Biologi SMA/MA
c.    Bahan Ajar
3.   Sumber belajar :
a.   Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga

DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2011. http://digilib.uir.ac.is. (Diakses pada tanggal 19 Juli 2016)

Ismiatun, Erni. 2010. SKRIPSI : Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching
Untuk Meningkatkan Minat Belajar Pai Siswa Kelas Vii D SMPN 2 Pandak Bantul. Universitas Islam Negeri  Sunan Kalijaga : Yogyakarta.

Murtafi’ah, Umi. 2012. http://eprints.ums.ac.id. (Diakses pada tanggal 19 Juli 2016)

Suwandari, Suida dan Lamijan H.S. 2014.  http://ejournal.unesa.ac.id. (Diakses pada tanggal 19 Juli 2016)

Jumiyanto, Danang. 2012. http://eprints.uny.ac.id. (Diakses pada tanggal 19 Juli 2016)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RUMUS BUNGA DAN DIAGRAM BUNGA

PRAKTIKUM I V MORFOLOGI TUMBUHAN (A BKC 2203 ) RUMUS BUNGA DAN DIAGRAM BUNGA Dosen Pengasuh: Dra. Sri Amintarti, M.Si M. Arsyad, S.Pd, M.Pd Asisten Dosen: Anis Hilaliah Yunida Ulfah Disusun Oleh: Habibah Nurhayati (A1C21 4012 ) KELOMPOK V IIA                                                       PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN MEI 201 5   PRAKTIKUM VII Topik                    : Rumus bunga dan diagram bunga Tujuan      ...

TATA LETAK DAUN, RUMUS DAUN, DAN DIAGRAM DAUN

PRAKTIKUM III MORFOLOGI TUMBUHAN (AKKC 224) TATA LETAK DAUN,   RUMUS DAUN,   DAN DIAGRAM DAUN Dosen Pengasuh: Dra. Sri Amintarti, M.Si M. Arsyad, S.Pd, M.Pd Asisten Dosen: Anis Yunida Ulfah Disusun Oleh: Habibah Nurhayati (A1C21 4012 ) KELOMPOK V IIA                                                       PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN MARET 201 5 PRAKTIKM III Topik                    : Tata letak daun, rumus daun, dan diagram daun T...

Gizi Pada Orang Dewasa

MAKALAH NUTRISI DAN GIZI ( ABKC 2702 ) “GIZI UNTUK ORANG DEWASA” Disusun Oleh : Kelompok VIII Isna                             (A1C214206) Kartini                        (A1C214017) Nurlita                        (A1C214090) Rahminawati             (A1C214045) Thati Rifan A.           (A1C214213) Yuni Radianti            (A1C214063) Dosen Pengasuh : Dr. H. Muhammad Zaini, M.Pd Dra. Aulia Ajizah, M.Kes Nurul Hidayati Utami,...