1. Pengertian Model Pembelajarn QTL (Quantum Learning and Teaching)
Cara
paling mudah untuk memahami istilah quantum adalah dengan menelusuri sejarah
lahirnya istilah ini. Quantum learning diperkenalkan oleh Bobby Deporter.
Quantum learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi
otak yang sama besar dengan Einstein. Tinggal bagaimana mengolahnya. Menurut
quantum learning, terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe
visual, auditorial, dan kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe
belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa
sangat menyenangkan dan memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat
dilakukan di berbagai tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas di sekolah.
(Agus
nggermanto, Quantum Quotient cet, 6 (Bandung: Nuansa), 24.)
Quantum
learning mengarahkan segenap usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif
dan cepat. Jadi, dengan quantum learning kita belajar cara belajar. Kita akan
mendaptkan cara membaca cepat, menghafal cepat dan menjadi kreatif sesuai
dengan gaya kita masing-masing. Sedangkan Quantum Teaching adalah ilmu
pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan
fasilitas Supercamp yang diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti
Accelerated Learning (Luzanov), Multiple Intelligence (Gardner),
Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan Bandler), Experiental Learning (Hahn),
Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson and Johnson), dan Elemen of
Effective Intruction (Hunter) (Abuddin Nata : 2009)
Menurut Miftahul
(2010: 32), model
Quantum teaching hampir sama
dengan sebuah simponi.
Hal ini dapat digambarkan pada sebuah simponi dalam
musik ada beberapa unsur yang
menjadi faktor pengalaman
musik. Unsur dalam
musik tersebut terbagi menjadi dua
kategori yaitu: konteks
dan isi. Pengertian
konteks adalah latar belakang
pengalaman guru. Sedangkan
isi adalah bagaimana
tiap frase musik yang dimainkan atau penyajiannya seperti fasilitasi.
Abudin Nata
(2002: 35), menjelaskan
bahwa Quantum Teaching merangkaikan
apa yang paling
baik dari yang
terbaik menjadi sebuah paket
multisensory, multi kecerdasan
dan kompatibel dengan otak,
yang pada akhirnya
meningkatkan kemampuan guru untuk
mendorong murid berprestasi.
Sedangkan
menurut Bobby De
Porter (2005: 3),
Quantum Teaching adalah sebuah
strategi pembelajaran yang
bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik Quantum Learning, yang dalam pelaksanaannya
mendukung prinsip bahwa pembelajaran adalah sebuah sistem. Hal ini terlihat
dari buku “Quantum
Teaching: Mempraktikkan Quantum
Learning di Ruang-Ruang
Kelas”.
Quantum
learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki potensi otak yang
sama besar dengan Einstein. Tinggal bagaimana mengolahnya. Menurut quantum
learning, terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual,
auditorial, dan kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan
melakukan pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan
dan memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan di berbagai
tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas di sekolah. (Agus nggermanto,
Quantum Quotient cet, 6 (Bandung: Nuansa), 24.)
Quantum learning mengarahkan segenap
usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif dan cepat. Jadi, dengan
quantum learning kita belajar cara belajar. Kita akan mendaptkan cara membaca
cepat, menghafal cepat dan menjadi kreatif sesuai dengan gaya kita
masing-masing. Quantum Teaching
mampu mengorganisasi dan
memadukan interaksi-interaksi yang ada
di dalam dan
sekitar momen belajar
atau dengan kata lain
mengelola unsur-unsur yang
terkait dengan kegiatan
belajar mengajar dan memanfaatkannya untuk
mencapai tujuan. Hanya saja
dalam buku tersebut
tidak ditemukan teknik
evaluasi yang tepat untuk model
pembelajaran Quantum Teaching.
Dalam
Quantum Teaching ada empat pilar
pendidikan yang dibangun oleh guru kepada siswa diantaranya, yaitu:
a.
Learning
to do (belajar
untuk berbuat), siswa
dituntut untuk mau berbuat
dan melakukan pengalaman
dari pelajaran dan pengalaman yang diberikan oleh guru.
b.
Learning
to know (belajar
untuk tahu), siswa
belajar dengan pemahaman dan
pengetahuan yang berwawasan
luas sehingga dia mengerti.
c.
Learning
to be (belajar
untuk menjadi), siswa
belajar cara membangun pengetahuannya dengan
meningkatkan kepercayaan diri.
d.
Learning to live together (belajar untuk hidup bersama), siswa belajar
bagaimana membangun sifat positif pada orang lain.
Quantum Teaching
adalah sebuah strategi
pembelajaran yang didasarkan pada beberapa teori yang dihasilkan dari
beberapa penelitian sebelumnya.
Salah satu teori
yang mendasari adalah teori tentang penyeimbangan penggunaan
otak kanan dan otak kiri.
Teori tersebut
menjelaskan bahwa otak
manusia dibagi menjadi dua
belahan, yakni belahan
otak kanan dan
belahan otak kiri. Proses
berpikir otak kiri
bersifat logis, sekuensial,
linear dan rasional. Cara
berpikir yang sesuai
untuk tugas-tugas detail
dan fakta, fonetik, serta
simbolisme. Sedangkan proses
berpikir otak kanan memiliki
sifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai
dengan cara untuk
mengetahui yang bersifat nonverbal seperti
perasaan dan emosi,
kesadaran spasial, pengenalan bentuk
dan pola, musik,
seni, kepekaan warna, kreatifitas dan
sosialisasi. Orang yang
memanfaatkan kedua belahan otak
ini cenderung seimbang dalam setiap aspek hidupnya. Aspek emosi
coba disinggung oleh
Quantum Teaching sehingga kedua belahan otak dapat berjalan
bersama dalam kegiatan belajar.
Teori
lain yang mendasari adalah tentang tiga gaya belajar, visual, auditorial, dan kinestetik. Setiap orang diyakini
mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru, orang visual
belajar melalui apa
yang mereka lihat,
pelajar auditorial
melakukannya melalui apa
yang mereka dengar
dan pelajar kinestetik belajar
lewat gerak dan
sentuhan. Quantum Teachingmenawarkan cara
untuk membantu siswa memaksimalkan
gaya belajar mereka masing-masing.
Quantum
Teaching dan Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama
dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan
belajar melalui berbuat. Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran
guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran,
dan mengevaluasinya. Pola Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni
Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu,
Quantum Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta,
konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan
berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning
diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa
menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
-Pembelajaran Sains dalam Quantum
Teaching
Pembelajaran terbentuk
dari kata kerja
belajar yang mempunyai pengertian
sebagai proses pengalaman
perubahan perilaku berbentuk kegiatan
yang dapat atau
tidak dapat diamati.
Sebagai proses,
belajar terjadi apabila
seseorang mengamati sesuatu, berbicara
dengan orang lain,
membaca tulisan atau melakukan kegiatan
mental selagi dia
menghadapi suatu keadaan atau masalah. Sedangkan pengajaran
menurut Nana Sudjana (1996: 7),
terbentuk dari kata kerja
mengajar yang berarti
membimbing kegiatan sistem belajar.
Mengajar adalah
mengatur dan mengorganisasi lingkungan
yang ada disekitar
siswa sehingga dapat mendorong
dan menumbuhkan siswa melakukan
kegiatan belajar.
Dalam kamus
besar bahasa Indonesia
dinyatakan bahwa sains adalah
suatu pengetahuan sistematis tentang alam dan dunia fisik, termasuk di
dalamnya, botani, fisika, kimia, geologi, zoologi dan sebagainya atau sering
disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sedangkan
dalam kurikulum 2004
disebutkan bahwa sains merupakan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsipprinsip,
proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Quantum Teaching
pada pembelajaran sains
menekankan pada pemberian
pengalaman langsung dan
kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi
agar siswa mampu
menjelajah dan memahami alam
sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran sains
disarankan untuk mencari
tahu dan berbuat
sehingga membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang alam sekitar
(Anonym, 2003: 7).
Pokok bahasan yang diambil
dalam penelitian ini adalah
daur air dengan
standar kompetensi memahami perubahan yang
terjadi di alam
dan hubungannya dengan pengaruh SDM
dan kompetensi dasar mendeskripsikan proses
daur air dan kegiatan
yang dapat mempengaruhinya.
Quantum learning
menurut Bobby DePorter merupakan bagian dari cara belajar, namun mencakup
aspek-aspek penting dari Neuro Linguistic Programming (NLP). Neuro adalah saraf
otak, linguistic adalah cara berbahasa, baik verbal maupun non verbal yang
dapat mempengaruhi sistem pikiran, perasaan, dan perilaku. Program NLP
sangatlah unik, yaitu melakukan mental building untuk membuang kebiasaan dan
keyakinan lama yang menghasilkan kegagalan, pesimisme, kurang percaya diri,
menggantikannya dengan program baru yang dapat mengoptimalkan semua fungsi
otak, mengidentifikasikan hal-hal yang memicu pola berpikir positif.
2. Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran
QTL (Quantum Teachinng and Learning)
Metode pembelajaran
quantum teaching memiliki
beberapa prinsip yang harus
diketahui oleh seorang
guru. Menurut De
porter (2010: 36), prinsip-prinsip quantum
teaching ada 5.
Prinsip-prinsip tersebut akan diuraikan seperti dibawah ini.:
1) Segalanya
Berbicara.
Segalanya berbicara
mulai dari lingkungan
kelas hingga gerakan tubuh
anda mengirimkan pesan
tentang belajar yang akan disampaikan dalam
pembelajaran. Sehingga gerakan
tubuh dapat dijadikan alat
bantu untuk menyampaikan
materi pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran tidak hanya guru yang
berhak berbicara, akan tetapi
siswa juga mempunyai
hak untuk bicara.
Hak siswa berbicara untuk
saling berargumentasi dan
bertanya tentang materi pelajaran yang diajarkan.
2) Segalanya
Bertujuan
Seorang guru
atau siswa harus
mempunyai tujuan dalam suatu pembelajaran. Seorang
guru harus mempunyai
tujuan yang jelas dalam menyusun
materi pembelajaran yang
akan diberikan pada siswa. Siswa
juga harus tahu
apa tujuan dari
meraka mempelajari materi yang
diajarkan oleh guru.
Hal ini agar
guru maupun siswa tidak melenceng dari tujuan utama melakukan proses pembelajaran
suatu materi.
3) Pengalaman
Sebelum Pemberian Nama
Proses belajar
paling baik terjadi
ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka
pelajari, karena otak manusia berkembang yang akhirnya menggerakkan rasa ingin
tahu. Sehingga seorang guru harus
memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi diawal
pelajaran. Sehingga siswa
akan berfikir mencari jawaban
dari pertanyaan yang diberikan.
4) Akui
Setiap Usaha
Hargai setiap
usaha siswa baik
itu besar maupun
kecil. Seorang siswa yang bertanya
atau menjawab pertanyaan
baik salah atau benar,
mereka patut mendapat
pengakuan atas kecakapan
dan kepercayaan diri mereka.
Sehingga hal ini
akan mendorong siswa lebih
giat lagi dalam
belajar dan akan
menumbuhkan motivasi belajar
siswa yang tinggi.
5) Jika
Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan
Rayakan atas
keberhasilan siswa dalam
mempelajari suatu materi yang
disampaikan dengan baik,
sehingga siswa dapat menguasai materi
tersebut. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Sebagai seorang
pendidik harus memberikan pujian kepada siswa yang
aktif berinteraksi pada
saat pelajaran, baik
bertanya maupun menjawab pertanyaan tentang materi yang disampaikan.
Penggunaan metode
pembelajaran quantum teaching
dapat membantu siswa belajar
dengan baik dan
menumbuhkan motivasi belajar. Metode
pembelajaran quantum teaching melibatkan semua aspek kepribadian manusia,
pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh.
Pembelajaran yang menarik dan meriah
tidak akan membuat bosan saat
proses belajar mengajar
berlangsung. Hal ini
tentunya membuat siswa
menyukai pelajaran yang diajarkan.
3. Kerangka atau Langkah-langkah Model
Pembelajaran QTL (Quantum Teaching and Learning)
Menurut Menurut
Miftahul (2010: 34-35),
dalam melakukan
langkah-langkah pembelajaran quantum
teaching and lerning dengan enam langkah yang tercermin dalam istilah
tandur, yaitu:
T = Tumbuhkan,
tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu
siswa dalam bentuk:
Apakah Manfaatnya BAgiKu (AMBAK). Tumbuhkan suasana yang
menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan
siswa, masuklah ke alam pikiran
mereka dan bawalah alam
pikiran mereka ke
alam pikiran anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu,
belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.
A =
Alami, unsur alami
akan mendorong hasrat
alami otak untuk “menjelajah”. Ciptakan
atau datangkan pengalaman
umum yang dapat dimengerti semua
siswa.
N =
Namai, setelah siswa
melalui pengalaman belajar
pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di
kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus,
pemikiran, tempatdan sebagainya.
D =
Demonstraikan, setelah siswa
mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada
mereka untuk mendem onstrasikan kemampuannya , karena
siswa akan mampu
mengingat 90% jika siswa
itu mendengar, melihat dan
melakukannya. Melalui pengalaman
belajar siswa akan mengerti dan
mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.
U =
Ulangi, pengulangan memperkuat
koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu
ini!”. Sehingga siswa akan teringat apa yang sudah disampaikan.
R =
Rayakan, perayaan adalah
ekspresi dari kelompok
seseorang yang telah
berhasil mengerjakan sesuatu
tugas atau kewajiban dengan baik. Maka sudah selayaknya
jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik
untuk dirayakan lewat bertepuk tangan.
4. Kelebihan dan Kelemahan dari Proses
Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran QTL (Quantum Teaching and Learning)
a.
Kelebihan
Metode pembelajaran
quantum teaching mempunyai
beberapa keunggulan dan ciri khas tersendiri yang sangat unik dan jarang
dimiliki oleh metode pembelajaran
lainnya. Keunggulan metode
pembelajaran quantum teaching sebenarnya ada banyak.
Menurut Miftahul
A’la (2010: 41-43), ada empat keunggulan metode pembelajaran
quantum teaching yang
cukup menonjol diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Adanya unsur
demonstrasi dalam pengajaran.
Pembelajaran quantum teaching and
learning memberikan kesempatan yang
luas pada seluruh siswa untuk
terlibat aktif dan pertisipasi dalam tahapan tahapan kajian terhadap suatu mata
pelajaran.
2) Adanya
kepuasan pada diri si anak.
3) Ada unsur
pemantapan dalam menguasai
materi atau suatu keterampilan yang diajarkan.
4) Adanya unsur
kemampuan dalam merumuskan
temuan yang dihasilkan si
anak, dalam bentuk
konsep, teori, model,
dan sebagainya.
b. Kelemahan
1) Model ini
memerlukan kesiapan dan
perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu
yang cukup panjang,
yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2) Model ini
memerlukan keterampilan guru
secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses
pembelajaran tidak akan efektif.
3) Memerlukan
fasilitas yang memadai.
4)
c. Solusi
1)
Guru sebagai pengajar harus memanage
waktu untuk mempersiapkan pembelajaran lebih awal agar persiapan pembelajaran
lebih maksimal dan dapat mengefektifkan pembelajaran yang memerlukan waktu yang
panjang.
2)
Guru harus lebih menguasai situasi kelas
karena model pembelajaran quantum teaching and learning berpusat bukan hanya
pada guru maupun murid saja namun semuanya harus aktif dalam pembelajaran.
3)
Guru bisa berkreasi dan mengmbangkan
diri sendiri untuk menutupi fasilitas yang kurang memadai.
5. Kegiatan Belajar Mengajar QTL (Quantum Teaching and Learning)
Beberapa hal
yang ditawarkan Quantum
Teaching dalam kegiatan belajar
mengajar antara lain:
a. Suasana Belajar Mengajar
Suharsimi Arikunto
(1993: 105), menjelaskan
Kondisi belajar merupakan sesuatu yang amat penting dan menentukan
keberhasilan belajar anak. Keadaan atau suasana di dalam kelas hendaknya diusahakan
sedemikian rupa sehingga tidak
membosankan dan cepat
membuat siswa menjadi
lelah. Keadaan dan suasana
yang menarik adalah
yang mendukung terpenuhinya kebutuhan
siswa baik jasmani
maupun rohani. Sedangkan menurut Nana
Sudjana (2002: 56),
kondisi belajar adalah suatu
keadaan yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar
siswa. Kondisi belajar juga
merupakan suatu keadaan yang
mana terjadi aktifitas
pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental.
Untuk menciptakan suasana yang dapat membantu siswa membangun dan mempertahankan sikap
positif lingkungan fisik perlu
diatur dan ditata. Diantaranya dengan
pengaturan bangku, penggunaan warna,
pemasangan poster yang
mendukung, penggunaan alat
bantu mengajar dan
bahkan pemutaran musik. Sedangkan
yang berkaitan dengan lingkungan emosional dan
sosial dibutuhkan kreatifitas
guru untuk membangun suasana yang
nyaman untuk belajar. Diantaranya dengan menjalin rasa simpati
dan saling memiliki antara guru dan
murid, mengakui setiap
usaha siswa, menciptakan suasana
yang riang, menjadi pendengar yang baik, senyum dan usaha-usaha yang lainnya.
b. Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar
Kerangka rancangan
Quantum Teaching, tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,
ulangi, rayakan, dapat disingkat dengan istilah “TANDUR”.
1) Tumbuhkan, menumbuhkan
hasrat siswa untuk
belajar.
Minat adalah suatu landasan yang
paling meyakinkan demi keberhasilan suatu
proses belajar. Jika
seorang murid memiliki rasa
ingin belajar, dia akan
cepat mengerti dan mengingatnya.
2)
Alami, menciptakan dan mendatangkan
pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.
3)
Namai, memberi data
tepat saat minat
memuncak. Untuk ini dibutuhkan
kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi yang bisa menjadi masukan bagi
siswa.
4) Demonstrasikan, memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengkaitkan pengalaman
dengan nama baru,
sehingga mereka menghayati dan
membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
5) Ulangi, dengan menunjukkan kepada siswa
mengenai caracara mengulang materi
dan menegaskan “Aku tahu
bahwa aku memang tahu ini”.
6) Rayakan, jika layak untuk dipelajari maka
layak juga untuk dirayakan. Setiap
usaha belajar memerlukan
sebuah perjuangan, sehingga hasil
yang diperoleh perlu
mendapatkan penghargaan, pengakuan
sebagai hasil dari jerih
payah (biasa dengan
pujian, tepuk tangan
dan lain sebagainya).
CONTOH
RPP DALAM IMPLEMENTASI MODEL
1.
OLEH : NANDA AMALIA RIZALI
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
I.
IDENTITAS
Sekolah : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Mata
Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas/
Semester : VIII/ Genap(II)
Materi
Pokok : Sistem Ekskresi Manusia
Sub
Materi : 1)struktur organ-organ penyusun sistem
ekskresi
2)fungsi
sistem ekskresi manusia
3)kelainan
dan penyakit pada sistem eksreksi
4)penerapannya
dalam menjaga kesehatan diri
Alokasi
Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan
ke- : 2
II. KOMPETENSI INTI
KI 1.
Menghargai dan menghayati ajaran agama
yang dianutnya.
KI 2.
Menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dana
lam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3.
Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI 4.
Mencoba, mengolah dan menyaji dalam
ranah komkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang
/ teori.
III. KOMPETENSI DASAR
KD 1.1
Mengagumi keteraturan dan kompleksitas
ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem dan
peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkan dalam pengamatan ajaran agama
yang dianutnya.
KD 2.1
Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki
rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung
jawab; terbuka kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas
sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan pengamatan,
percobaan dan berdiskusi.
KD 2.2
Menghargai kerja individu dan kelompok
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan
dan melaporkan hasil percobaan.
KD 2.3
Menunjukkan perilaku bijaksana dan
bertanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam memilih makanan dan minuman yang menyehatkan dan tidak merusak tubuh.
KD 2.9
Menunjukkan penghargaan kepada orang
lain dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi penghargaan pada
orang yang menjual makanan sehat tanpa campuran zat aditif yang berbahaya
KD 3.9
Menjelaskan struktur dan fungsi sistem
ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri
KD 4.9
Membuat peta pikiran (mapping mind) tentang struktur dan
fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan
diri
IV. TUJUAN PEMBELAJARAN
-
Siswa mampu menyebutkan organ-organ yang
berperan dalam sistem ekskresi melalui diskusi 80% benar
-
Siswa mampu menjelaskan fungsi sistem
ekskresi pada manusia melalui diskusi dan pengamatan video 80% benar
V. MATERI POKOK
Materi
Pokok: Sistem Ekskresi Manusia
Sub-Materi
: Fungsi sistem ekskresi manusia
VI. URAIAN MATERI
Sistem
ekskresi merupakan sistem pembuangan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh
makhluk hidup melalui organ ekskresi. Sistem ekskresi sangat berperan penting
untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh (homeostatis) dengan cara
osmoregulasi. Organ-organ system ekskresi pada manusia yaitu: Paru-paru, hati,
kulit dan ginjal. Berikut fungsi dari organ-organ tersebut, yaitu:
a.
Paru-paru
Fungsinya
adalah untuk mengeluarkan KARBONDIOKSIDA (CO2) dan UAP AIR (H2O).Di
dalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan
karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap
karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru.
Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari
paru-paru melalui hidung.
b.
Hati
Fungsi
hati:
1.
Menghasilkan empedu yang berasal dari perombakan sel darah merah.
2. Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh
dan membunuh bibit penyakit.
3. Mengubah zat gula menjadi glikogen dan
menyimpanya sebagai cadangan gula.
4. Membentuk protein tertentu dan merombaknya.
5. Tempat untuk mengubah pro vitamin A menjadi
vitamin.
6. Tempat pembentukan protrombin yang berperan
dalam pembekuan darah.
c.
Kulit
Fungsi kulit
antara lain sebagai berikut:
• Mengeluarkan
keringat
• Pelindung
tubuh
• Menyimpan
kelebihan lemak
• Mengatur
suhu tubuh, dan
• Tempat
pembuatan vitamin D dari pro vitamin D dengan bantuan sinar matahari yang
mengandung ultraviolet.
d.
Ginjal
Fungsi
utama ginjal yaitu diantaranya:
1)
Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme
yang mengandung nitrogen misalnya amonia.
2)
Mengeksresikan zat yang jumlahnya
berlebihan, misalnya vitamin yang larut dalam air.
3)
Mempertahankan cairan ekstraselular
dengan jalan mengeluarkan air bila berlebihan.
4)
Mempertahankan keseimbangan asam dan
basa.
VII. STRATEGI/ PENDEKATAN/ MODEL/
METODE
Strategi : Pembelajaran
Kelompok
Pendekatan :
Keterampilan proses
Model : Quantum Teaching and Learning
Metode :
Diskusi, tanya jawab, demonstrasi
VIII.
KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR (KBM)
Kegiatan
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
Orientasi:
1. Guru
masuk ke ruangan kelas dengan mengucapkan salam.
2. Guru
meminta salah seorang siswa untuk memimpin membaca doa.
3. Guru
mengecek kehadiran siswa.
Apersepsi :
1. Guru
menanyakan keadaan siswa apakah sehat atau tidak?
2. Guru
meminta siswa untuk mengatur tempat duduk menjadi huruf U dan mengajak siswa
untuk bernyanyi bersama.
TUMBUHKAN
3. Guru
menanyakan pada siswa apakah masih ingat dengan materi sistem ekskresi pada
minggu lalu.
Motivasi :
- Guru
menyampaikan tujuan dari kegiatan belajar mengajar mengenai materi
pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ini.
|
10 menit
|
Kegiatan Inti
|
ALAMI
1.
Guru meminta siswa membentuk
kelompok kecil beranggotakan 3 – 4 sesuai dengan tempat duduk yang terdekat.
2.
Guru meminta salah seorang siswa
untuk maju kedepan kelas dan meminta berlari-lari kecil hingga mengeluarkan
keringat
3.
Guru memberikan pertanyaan pada
siswa, yaitu: “Apa yang terjadi saat selesai berlari?, Apa yang terjadi saat
selesai berlari namun tidak mengeluarkan keringat? Dan mengapa saat cuaca
dingin sering buang air kecil?”
NAMAI
4.
Guru meminta siswa untuk
mengamati sebuah tayangan video mengenai kegiatan manusia yang berkaitan
dengan sistem ekskresi diiringi dengan musik yang ada pada video tersebut.
DEMONSTRASI
5.
Guru membagikan Lembar Kerja
Siswa dan meminta siswa untuk mengerjakannya.
6.
Guru membimbing siswa dalam
mengerjkan LKS
7.
Guru meminta salah satu
perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusi ke depan kelas untuk
dibahas dan dibandingkan dengan data dari berbagai sumber.
8.
Guru meminta kelompok lain
memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap hasil diskusi yang telah
disampaikan
ULANGI
9.
Guru membahas kembali hasil
diskusi yang telah disampaikan
10.
Bila ada hasil diskusi kurang
tepat, guru memberikan perbaikan.
11.
Guru meminta salah satu siswa
dari perwakilan kelompok untuk mengulangi hasil diskusi yang telah
disampaikan tadi.
|
55 menit
|
Penutup
|
1. Guru
bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini yaitu tentang fungsi dari
sistem ekskresi pada manusia.
RAYAKAN
2. Guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang paling aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Guru
memberikan evaluasi kepada siswa secara lisan mengenai materi pada pertemuan
ini dan memberi lembar soal latihan untuk dikerjakan di rumah.
4. Guru
memberikan pengayaan mengenai materi yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
5. Guru
mengahiri pelajaran dengan mengucapkan salam sebelum keluar ruangan.
|
15 menit
|
IX.
ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan: Alat tulis, LCD, Laptop, Video
mengenai sistem ekskresi dan LKS
X.
SUMBER
-
Kurikulum 2013 (SMP/MTs)
-
Buku Teks IPA Terpadu SMP/MTs kelas VIII
2.
OLEH : ADE KARTIKA
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
I.
IDENTITAS
Satuan
Pendidikan : Sekolah Menengah
Pertama (SMA)
Mata
pelajaran : biologi
Kelas
/ Semester : XI (Sebelas) / I
(Ganjil)
Materi
Pokok : Struktur dan
fungsi tulang, otot dan sendi pada
manusia.
Sub
materi : Macam-macam
gerak.
Alokasi
waktu : 2 × 45 menit
Pertemuan :
2 (Dua)
II. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI
DASAR
No.
|
KOMPETENSI INTI
|
No.
|
KOMPETENSI DASAR
|
1
|
Menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
|
1.1
1.2
1.3
|
Mengagumi keteraturan dan kompleksitas
ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati, ekositem dan lingkingan hidup.
Menyadari dan mengagumi pola
pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.
Peka dan peduli terhadap
permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai
manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
|
2
|
Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
|
2.1
2.2
|
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur terhadap
data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli
dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/ laboratorium
maupun di luar kelas/l aboratorium.
Peduli terhadap keselamatan diri dan
lingkungan dengan menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan
kegiatan pengamatan dan percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar.
|
3
|
Memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
|
3.5
|
Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ
pada sistem gerak dan mengaitkan dengan bioprosesnya sehingga dapat
menjelaskan mekanisme gerak serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada
sistem gerak manusia melalui studi
literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
|
4
|
Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
|
4.5
|
Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan
fungsi jaringan gerak manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan,
dan simulasi.
|
III.
INDIKATOR
Pertemuan
Ke-2
3.5.1.
Menganalisis macam-macam gerakan dan organ
gerak yang berfungsi dalam kegiatan gerak. (C4)
IV.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1.
Siswa dapat
menganalisis (C4) macam-macam gerakan dan organ gerak yang berfungsi dalam berbagai
kegiatan gerak melalui studi literature dan pengamatan langsung.
V.
MATERI POKOK
Materi Pokok : Struktur
dan fungsi tulang, otot dan sendi pada
manusia.
Sub-Materi : Macam-macam gerak.
VI.
URAIAN
MATERI
Analisis jenis gerakan dan organ gerak
yang berfungsi dalam berbagai kegiatan gerak :
Jenis
gerakan
|
Organ
gerak
|
Fleksi
dan Ekstensi
![]()
Gambar
1.
|
Tangan
|
Adduksi
dan abduksi
![]()
Gambar
2.
|
Tangan,
kaki
|
Elevasi
dan Depresi
![]()
Gambar
3.
|
Kepala
|
Supinasi
dan Pronasi
![]()
Gambar
4.
|
Tangan
|
VII.
STRATEGI/
PENDEKATAN/ MODEL/ METODE
Strategi : Kooperatif
Pendekatan : Scientific
Model :
Quantum Teaching and Learning
Metode : Diskusi,
tanya jawab, demonstrasi
Kegiatan
|
Langkah-langkah
|
Deskripsi
|
Alokasi Waktu
|
Pendahuluan
|
|
1. Guru
mengucap salam
2..Guru
meminta salah satu siswa untuk memimpin do’a
3.
Guru mencek kehadiran siswa
Apersepsi
4. Guru bertanya kepada siswa tentang jenis-jenis gerakan
yang mereka ketahui.
Motivasi
1. Memusatkan perhatian siswa dengan meminta
anak menggerakkan tangannya.
2. Pemberian acuan
Guru
menyampaikan tujuan dari pembelajaran hari ini.
|
10 menit
30 detik
30 detik
1 menit
2 menit
3
menit
3 menit
|
Inti
|
|
1. Guru meminta siswa membentuk kelompok
2. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada
setiap kelompok.
Mengamati
3. Guru
membimbing siswa untuk mengamati gambar jenis gerakan yang ada pada Lembar
Kerja Siswa (LKS)
Menanya
4.
Guru menanyakan kepada siswa jenis
gerakan apa yang ada pada gambar tersebut dan organ tubuh apa yang ikut
berperan.
5. Guru meminta siswa secara berkelompok mempraktekkan
gerakan yang terdapat pada gambar di LKS secara bergantian.
6. Guru meminta siswa
menyebutkan gerakan yang telah dilakukan.
7. Guru meminta siswa mengulangi gerakan yang
telah dilakukan
8. Guru meminta siswa untuk
membuat kesimpulan
|
65 menit
|
Penutup
|
|
1. Guru
bersama siswa membuat kesimpulan bersama.
2. Guru
memberikan soal kepada siswa berkaitan dengan apa yang telah dibahas.
3.
Guru
menginformasikan kepada siswa mengenai materi untuk pertemuan selanjutnya.
4.
Guru mengucapkan salam dan
menutup pelajaran.
|
15 menit
3 menit
11 menit
30 detik
30 detik
|
VIII. MEDIA PEMBELAJARAN
Pertemuan
2
1.
Media pembelajaran
a.
LKS 1
b.
Laptop
c.
LCD
2.
Alat dan bahan
a.
Alat tulis
b.
Buku Biologi SMA/MA
c.
Bahan Ajar
3.
Sumber belajar :
a.
Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga
DAFTAR PUSTAKA
Ismiatun,
Erni. 2010. SKRIPSI : Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Teaching
Untuk Meningkatkan Minat Belajar
Pai Siswa Kelas Vii D SMPN 2 Pandak Bantul. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga :
Yogyakarta.
Suwandari,
Suida dan Lamijan H.S. 2014. http://ejournal.unesa.ac.id.
(Diakses pada tanggal 19 Juli 2016)
Komentar
Posting Komentar